ILMU LOGIKA/ILMU PENALARAN
A. Pengertian Ilmu Logika
Ilmu Logika merupakan suatu istilah yang terdiri atas dua kata: ilmu dan logika. Secara harfiah, ilmu bermakna ‘pengetahuan atau kepandaian, baik tentang segala yang masuk jenis kebatinan maupun yang berkenaan dengan keadaan alam dsb.’ (Pusat Bahasa, 2006)
Menurut SURIASUMANTRI (1985), logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih.
MUNDIRI (2000) membatasi logika sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah (diambil dari definisi Irving M. Copi)
Jadi, berdasar definisi-definisi ini logika adalah suatu ilmu yang mempelajari cara berpikir tentang segala yang termasuk kebatinan maupun keadaan alam untuk membedakan penalaran yang betul atau berpikir secara benar dan sahih.
MUNDIRI (2000) mengemukakan bahwa yang pertama kali menggunakan kata logika adalah Zeno dari Citium. Kaum Sofis, Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut merintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus, dan Kaum Stoa. Logika dikembangkan secara progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin pada Abad II Hijriyah. Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam perkembangan kebudayaan Islam. Namun, juga mendapat reaksi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, Ibnu Salah dan Imam Nawawi mengatakan haram mempelajari logika, Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran
Logika mempelajari hukum-hukum, patokan-patokan dan rumus-rumus berpikir. Psikologi juga membicarakan aktivitas berpikir, karena itu kita hendaklah berhati-hati melihat persimpangannya dengan logika. Psikologi mempelajari pikiran dan kerjanya tanpa menyinggung sama sekali urusan benar salah. Sebaliknya urusan benar dan salah menjadi masalah pokok dalam logika. Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Banyak jalan pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang diungkapkan sebagai luapan emosi seperti caci maki, kata pujian, atau pernyataan kekaguman dan keheranan . dan ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argument yang secara selintas kelihatan benar untuk memutarbalikan kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan.
Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Ia merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien, dan teratur. Dengan demikian ada dua objek penyelidikan logika, pertama, pemikiran sebagai objek material dan, kedua, patokan-patokan atau hukum-hukum berpikir benar sebagai objek formalnya.
Lantas, mungkinkah kita mempelajari barang ghaib yang disebut pikiran itu? Manusia bukanlah wujud spiritual murni, tetapi merupakan perpaduan antara wujud jasmani dan rohani. Karena itu ia memerlukan sarana material untuk dapat menangkap pikiran yang ghaib itu. Kalau tidak mungkin dapat memahami pikiran atau isyarat. Isyarat adalah perkataan yang dipadatkan, karena itu ia adalah perkataan juga. Jadi pikiran dan perkataan adalah identik tidak berbeda satu sama laindan bukan tambahan bagi masing-masingnya. Pikiran adalah perkataan dan perkataan adalah pikiran. Angan-angan khayalan, pikiran yang berkecamuk dalam dada dan kepala kitatidak lain adalah bisikan kata yang amat lembut. Kata-kata yang mewakili pikiran ini bukan sekedar coretan pena yang dituliskan atau suara gaduh yang diucapkan, tetapi merupakan susunan kata yang mewakili maksud tertentu yang lengkap. Susunan kata yang memuat pemikiran disebut proposisi.
Pengetahuan kita tidak lain adalah proposisi-proposisi. dalam aktivitas berpikir kita selalu membanding, menganalisis serta menghubungkan proposisi yang satu dengan lainnya. Dengan demikian penyelidikan mantiq dalam mencari kebenaran dalam pemikiran selalu berurusan dengan struktur dan relasi proposisi.
B. Pembagian logika
Logika dapat disistematisasikan menjadi beberapa golongan, tergantung dari mana kita meninjaunya.
1. Dilihat dari segi kualitasnya
Logika dapat dibedakan menjadi logika Naturalis yaitu kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia. Akal manusia yang normal dapat bekerja secara spontan sesuai hukum-hukum logika dasar. Bagaimanapun rendahnya intelegensi seseorang ia dapat membedakan bahwa sesuatu itu adalah berbeda dengan sesuatu yang lain, dan bahwa dua kenyataan yang bertentangan tidaklah sama. Kemampuan berlogika naturalis pada tiap-tiap orang berbeda-beda tergantung dari tingkatan pengetahuannya. Kita dapati para ahli pidato, politikus dan mereka yang terbiasa bertukar pikiran dapat mengutarakan jalan pemikiran dengan logis, meskipun barangkali mereka belum pernah membuka buku Logika sekalipun. Tetapi dalam menghadapi masalah yang rumit dan dalam berpikir, manusia banyak dipengaruhi oleh kecenderungan pribadi disamping bahwa pengetahuan manusia terbatas mengakibatkan tidak mungkin terhindar dari kesalahan. Untuk mengatasi kenyataan yang tidak dapat ditanggulangi oleh logika naturalis, manusia menyusun hukum-hukum, patokan-patokan, rumus-rumus berpikir lurus. Logika ini disebut logika Astifisialis atau logika Ilmiah yang bertugas membantu logika naturalis. Logika ini memperhalus, mempertajam serta menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman.
2. Dilihat dari metodenya
Logika tradisional adalah logika Aristoteles, dan logika daripada Logikus yang lebih kemudian, tetapi masih mengikuti sistem Logika Aristoteles. Para logikus sesudah Arisoteles tidak membuat perubahan atau pencipta sistem baru dalam logikakecuali hanya membuat komentar yang menjadikan Logika Aristoteles lebih elegant dengan sekedar mengadakan perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting dari Logika Aristoteles. Logika Modern tumbuh dan dimulai pada abad XIII. Mulai abad ini ditemukan sistem baru, metode baru yang berlainan dengan sistem Logika Aristoteles. Saatnya dimulai sejak Raymundus Lullus menemukan metode baru Logika yang disebut Ars magna.
3. Dilihat dari objeknya dikenal sebagai logika Formal dan Logika Material.
Pemikiran yang benar dapat dibedakan menjadi dua bentuk yang berbeda secara radikal yakni cara berpikir dari khusus ke umum. Cara pertama disebut berpikir deduktif dipergunakan dalam logika formal yangmempelajari dasar-dasar persesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran dengan menggunakan hukum-hukum, rumus-rumus, patokan-patokan berpikir benar. Cara berpikir induktif dipergunakan dalam logika material, yang mempelajari dasar-dasar persesuaian pikiran dengan kenyataan. Ia menilai hasil hasil pekerjaan logika Formal dengan menguji benar tidaknya dengan kenyataan empiris. Cabang logika formal disebut juga Logika minor, Logika material, dan Logika Mayor.
C. Manfaat logika
Keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika. Manfaat logika diantaranya:
- Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
- Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
- Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
- Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
- Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
- Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
- Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
- Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
Logika membantu berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang; karena itu ia mendidik manusia bersikap objektif tegas dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.